Selasa, 22 Juni 2010

menghadapi era globalisasi

MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Sebagaimana telah kita ketahui, era globalisasi ditandai dengan kemajuan dibidang transportasi, informasi dan telekomunikasi. Kemajuan dibidang ini membuat kejadian dinegeri yang jauh bahkan di benua lain dapat kita ketahui saat itu juga, sementara jarak tempuh yang sedemikian jauh dapat ditempuh dalam waktu yang singkat sehingga dunia ini menjadi seperti sebuah desa yang kecil, segala seseatu yang terjadi bisa diketahui dan wilayah yang jauh bisa dijangkau dalam waktu yang amat singkat. Persoalan-persoalan yang terjadi disuatu negara yang semula disembunyikan atau ditutup-tutupi menjadi transparan dan dapat diketahui secara detail, begitu juga dengan persoalan-persoalan pribadi seseorang yang dipublikasikan melalui media masa.
Terjadinya era globalisasi sebenarnya tidak perlu terlalu dirisaukan, seandainya Rasulullah Saw masih hidup mungkin beliau senang dengan perkembangan seperti itu, karena dengan begitu kebaikan dan kebenaran dapat disebar luaskan secara lebih mudah dengan jangkauan yang lebih mudah pada masa Rasulullah, beliau lakukan penyebaran Islam kewilayah yang lebih jauh dengan cara mengirim surat kepada raja-raja yang berpengaruh besar atau mengutus beberapa orang sahabat untuk berda’wah yang maksudnya adalah agar nilai-nilai Islam tersebar luas kewilayah-wilayah yang jauh.
Kerisauan kita terhadap era globalisasi dan kita rasakan sebagai timbulnya masalah yang perlu dicarikan solusinya adalah karena kita dan masayarakat belum bisa memanfaatkan kemajuan dibidang komunikasi, informasi dan transportasi itu guna memperoleh dan menyebarluaskan nilai-nilai kebenaran. Tapi justru yang menguasainya adalah mereka yang tidak muslim atau yang mengaku sebagai muslim tapi belum menunjukan sebagai muslim yang sejati, akibatnya yang tersebar luas adalah nilai-nilai kebathilan dan perilaku atau budaya maksiat sehingga menimbulkan masalah besar disebabkan pengaruh negatifnya. Maka terjadilah kasus-kasus seperti pergaulan bebas antar pria dan wanita, penggunaan obat-obat terlarang, minuman keras, tawuran antar pelajar, mahasiswa dan kelompok-kelompok dalam masyarakat, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan tindakan-tindakan kriminal lainnya.
Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah.
Untuk menghadapi problematika sebagai aspek negatif di era globalisasi, dapat dilakukan sekurang-kurangnya enam sebagai solusinya. Pertama, menanamkan jiwa keislaman yang kokoh dalam diri dan masyarakat kita sehingga kebanggaan sebagai muslim yang membuat seseorang bangga pada kebenaran dan benci pada yang bathil tertanam dalam jiwa. Sikap semacam ini merupakan filter sekaligus daya kekebalan jiwa dari hal-hal yang tidak benar sehingga informasi yang tidak baik yang diperoleh tidak sampai merubah sikap dan prilaku menjadi tidak baik. Bahkan dengan jiwa keislaman yang mantap, seseorang yang memiliki kesempatan dan peluang memanfaatkan media masa akan selalu memanfaatkannya guna menyalurkan dan menginformasikan kebenaran Islam. Dari sini akan terbentuk pribadi muslim yang kafah, yang akan melakukan Islamisasi dalam seluruh aspek kehidupan yang digelutinya.
Kedua upaya yang harus kita lakukan dalam menghadapi era globalisasi adalah mempersiapkan generasi Islam untuk memiliki kemampuan memanfaatkan media massa, cetak dan elektronik kearah yang baik dan benar, sekaligus kemampuan mengisi dan mengolah acara atau rubrik yang bervariasi. Itu sebabnya harus ada dari kaum muslim terutama kalangan generasi yang mampu sebagai wartawan, fotografer, kamerawan, penyiar TV dan radio, sutradara film dan sinetron sampai pada pemain film, sinetron dan sebagainya. Dengan kemampuan ini, kita tidak sekedar mengkritik segala sajian media massa yang tidak baik dan tidak benar, tapi kita juga bisa memberikan alternatif tontonan atau sajian acara yang baik.
Ini berarti bila kita tinjau dari segi hukum dalam Islam, maka kemampuan generasi muda Islam guna memanfaatkan media massa cetak dan elektronik termasuk wajib, yakni wajib kifayah. Dengan demikian harus ada dari generasi muslim dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai yang mampu menjadi orang yang ahli dalam bidang yang terkait dengan era globalisasi, bila tidak, akan menjadi penjajahan dalam bentuk lain terhadap kaum muslim dan kita tidak bisa menghalau atau membalas penjajah tersebut.
Jamaah sekalian yang berbahagia.
Upaya ketiga yang harus kita lakukan dalam menghadapi era globalisasi adalah melakukan counter atau perlawanan terhadap opini bernuansa bathil yang dibentuk oleh mereka yang tidak suka terhadap kemajuan kaum muslimin. Dengan usaha yang minim ini, paling tidak kita bisa mencegah atau mengatasi kerusakan masyarakat yang paling besar lagi. Meskipun demikian, harus kita sadari kalau sebenarnya potensi kaum muslimin sekarang ini sudah begitu besar. Banyak dari kaum muslimin yang telah memiliki stasiun televisi dan radio, namun yang amat di sayangkan adalah belum dioptimalkan televisi dan radio itu sebagai media pendidikan dan da’wah serta hiburan dan informasi yang sehat bila dinilai dari segi ajaran Islam, akibatnya program-program yang terbukti telah merusak akhlak generasi bangsa ini terus berlangsung hanya karena pertimbangan bisnis media.
Disamping itu sudah banyak pula kaum muslimin yang memiliki usaha penerbitan surat kabar, majalah, tabloit dan buku, yang kalau media cetak itu dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan penyebaran nilai-nilai yang baik, niscaya memiliki pengaruh yang besar di masyarakat kita. Dari sini akan terjadi paling tidak pertimbangan kekuatan opini antara yang bathil dengan yang haq, tidak seperti yang terjadi selama ini, dimana opini yang bathil sangat dominan terhadap yang haq.
Keempat diantara upaya yang harus kita lakukan untuk menghadapi era globalisasi adalah membangun kekuatan umat, hal ini karena dengan kekuatan, umat Islam akan berwibawa dan disegani oleh umat lain sehingga tidak mudah dipermainkan dan tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak baik. Kekuatan umat yang kita bangun itu sebagaimana yang dikemukakan seorang ulama yang bernama Sayyid Sabiq antara lain: pertama, quwwatul aqidah (kekuatan aqidah) yang merupakan modal dasar yang paling mahal, kedua, quwwatul ‘ilmi (kekuatan ilmu), ketiga, quwwatul akhlaq (kekuatan akhlak), keempat, quwwatul maal (kekuatan harta), kelima, quwwatul jihad (kekuatan jihad) dan keenam, quwwatul ukhuwwah (kekuatan ukhuwah). Enam kekuatan umat ini sangat mutlak untuk dibangun agar tantangan umat yang sedemikian besar dapat kita hadapi dan kita atasi. Tanpa enam kekuatan ini, sulit bagi kaum muslimin untuk bisa menghadapi persaingan dan pertarungan yang sedemikian dahsyat.
Kaum muslimin yang dimulyakan Allah..
Upaya kelima yang harus kita lakukan dalam menghadapi era globalisasi adalah memanfaatkan masjid sebagai basis pembinaan umat sehingga kaum muslimin dari berbagai lapisan masyarakat dan tingkat umur dapat dibina. Masyarakat yang begitu mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik melalui kemajuan dalam era globalisasi adalah karena meraka tidak tahu atau belum memperoleh pembinaan yang baik. Untuk membina masyarakat secara keseluruhan, mesjid merupakan tempat yang paling layak untuk digunakan. Di mesjid, umat bisa dikumpulkan, diarahkan, dibentuk opini yang baik. Tidak ada orang yang bisa kumpul dalam jumlah yang banyak dan waktu yang serentak kecuali dimasjid di dalam kesempatan seperti sholat jum’at. Nilai keserentakan ini dapat dimanfaatkan pula untuk menghalau opini yang buruk dan membentuk opini baru yang baik. Namun kalau kita perhatikan sekarang ini, yang amat kita sayangkan adalah justru masjid-masjid kita mengalami sejumlah krisis yang cukup memperihatinkan seperti krisis keperngurusan, dana, program, partisipasi jamaah, pasilitas, khatib dan sebagainya.
Yang terakhir atau yang keenam diantara upaya yang harus kita lakukan untuk menghadapi era globalisasi adalah memberikan benteng pertahanan yang kuat kepada anggota keluarga dari kemungkinan terpengaruh hal-hal yang negatif dari media massa. Karena tontonan TV misalnya, sebaiknya dilakukan secara bersama-sama oleh anggota keluarga mulai dari bapak dan ibu, anak sampai pembantu, dengan cara begitu bapak dan ibu dapat memberikan komentar tentang hal-hal yang tidak baik agar anggota keluarga tidak terpengaruh hal-hal yang negatif olehnya atau untuk mengetahui sejauh mana reaksi sang anak dari yang dilihatnya, maka orang tua perlu meminta komentar kepada anak-anak dalam hal yang ditontonnya. Ini berarti tidak baik adanya gejala punya televisi lebih dari satu dalam kehidupan keluarga yang tingkat ekonominya semakin baik, karena dengan demikian anggota keluarga nonton TV secara terpisah sehingga dapat mengakibatkan tidak hanya anggota keluarga khususnya anak-anak tidak terkontrol dari pada yang mereka tonton, tapi juga akan membuat anggota keluarga menjadi semakin individual.
Memberikan pengawasan merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam proses pendidikan, termasuk di dalamnya proses pendidikan terhadap anggota keluarga, apabila dalam masalah televisi, radio dan sejenisnya merupakan sesuatu yang sudah menjadi sahabat yang harus diawasi oleh orang tua,
Rasulullah Saw bersabda:
الرجل على دين خليله فلينظر احدكم من يخالله
“Seseorang itu mengikuti agama kawannya, oleh karena itu perhatikanlah kepada siapa orang itu berkawan.”
(HR. Abu Daud dan Tirmizi)

Akhirnya harus kita sadari bahwa tontonan itu mempengaruhi pemirsanya, begitu juga dengan bahan bacaan melalui media cetak serta yang didengar melalui radio. Dengan demikian menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memanfaatkan media massa, baik media massa cetak maupun elektronik untuk menyampaikan pesan-pesan yang baik dan kita amat menyayangkan kalau ada media massa yang mempertimbangkan pengaruh negatifnya. Karenanya harus kita sadari bahwa menebar kemaksiatan dapat membawa dosa sepanjang zaman.
Demikianlah pesan ramadhan kita pada hari ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar